Dari syair lagu "Greatest Love Of All" yang dinyanyiin Whitney Houston...nangkep kah apa maksudnya? O:-)
adalah sebuah bimbingan belajar yang bagus di kota Bandung, yg mengacu pada FITRAH PERBEDAAN MANUSIA. Mau daftar bimbel, diskusi , mengikuti presentasi, Insya Allah kami layani :)
Thursday, May 24, 2012
Greatest Love Of All
Dari syair lagu "Greatest Love Of All" yang dinyanyiin Whitney Houston...nangkep kah apa maksudnya? O:-)
Monday, May 21, 2012
Anakmu Bukan Milikmu, Melesatlah Ke Duniamu
Anakmu bukan milikmu
Mereka adalah putra-putri kehidupan yang rindu pada dirinya sendiri
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu
Berikan mereka kasih sayangmu, bukan bentuk pikiranmu
Sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri
Sepantasnya kau berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak untuk jiwanya
Sebab jiwa mereka adalah penghuni masa depan
Yang tidak bisa kau kunjungi, sekalipun dalam mimpi
Engkau boleh menyerupai mereka
Namun jangan engkau suruh mereka menyerupaimu
Sebab kehidupan tak pernah berjalan mundur
dan tidak tenggelam ke masa lampau
Engkaulah busur, dan anak-anakmu sebagai anak panah yang meluncur
Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian
Dia merentangmu dengan kekuasaanNya
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat
Meliuklah dalam sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah
Sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana dikasihinya busur panah yang mantap
Diambil dari kumpulan pusi “The Prophet” by Kahlil Gibran , filsuf dan penyair Lebanon, diterjemahkan oleh Sri Kusdyantinah, istri dr. Soebandrio
SUMBER : http://fiksi.kompasiana.com/puisi/2011/10/13/anakmu-bukan-milikmu-melesatlah-ke-duniamu/
Wednesday, May 9, 2012
MENGANIAYA ANAK
Tanggal hari ini, 9 mei 2012, kiriman di BlackBerry Group
atau BlackBerryMessenger heboh dengan video penganiayaan batita yang
menangis, dan berusaha “ditenangkan” oleh seorang perempuan. Yang jadi
menghebohkan adalah, cara perempuan tersebut untuk menenangkan adalah dengan cara
memukuli batita.
Hujatan pun bermunculan….
Mulai dari menyebut “wanita bangsat”, “tidak punya hati
nurani”, “kejamnya ini orang tua”, “semoga membusuk di neraka”, dan hujatan
lainnya.
Ceritanya sih saya mau coba melihat menyeluruh, tidak hanya melihat
tindakan sang perempuan yang saya amini tidak benar. Dari sudut pandang lain,
saya merasa iba kepada perempuan itu. Tampak masa lalu dari perempuan itu yang
semasa kecilnya dididik dengan keras oleh lingkungannya, mungkin oleh orang
tuanya. Akibatnya yang perempuan itu pahami, mendidik itu harus dengan
kekerasan. Tidak ada pengetahuan lain dalam pemahamannya. Karena memang tidak
ada yang mendidiknya, bagaimana cara mendidik yang baik.
Apa anda yang sudah menonton video penganiayaan anak itu
hanya akan menghujat seperti kalimat-kalimat di atas?
Ataukah mulai bercermin, bagaimana sampai saat ini cara anda
mendidik anak?.
Dan mulai bertindak agar memiliki ilmu mendidik yang lebih
baik lagi, agar kasus penganiayaan anak tidak terulang lagi pada
generasi-generasi selanjutnya di manapun.
Karena pada umumnya…ANAK ADALAH CERMINAN ORANG TUANYA.
RMR
Monday, May 7, 2012
Negara – negara maju yang ternyata tidak menerapkan ujian nasional pada sistem pendidikannya
Berikut negara – negara maju yang ternyata tidak menerapkan ujian nasional pada sistem pendidikannya…
1. Finlandia
Finlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda.
Di Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.
2. Amerika
Amerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional.
Walaupun ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian-masing masing.
Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri..
Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian mauk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.
Logika pendidikan yang digunakan yaitu: Kualitas pendidikan ditentukan oleh individu masing-masing kelulusan. Walaupun Si A lulusan dari SMA pinggiran yang tidak terkenal, kalau dia lulus tes masuk ke Universitas Harvard, maka diapun akan diterima di universitas tersebut.Jadi masalah kualitas ditentukan oleh individu (individual quality).
Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994)
Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.
3. Jerman
Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:
(1) menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi
pendidik;
(2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
(3) menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar;
(4) evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif.
Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya,
kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar.
Mereka setiap hari belajar selalu mendapat tugas dari semua mata pelajaran yang proses maupun hasilnya dinilai dan nilai-nilai ini memengaruhi nilai akhir semester dan seterusnya.
4. Kanada
Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di negara iti. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.
Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.
Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.
5. Australia
Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya.
SUMBER : http://unik-aneh.lintas.me/go/iblo.us/5-negara-maju-tanpa-ujian-nasional/
1. Finlandia
Finlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda.
Di Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.
2. Amerika
Amerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional.
Walaupun ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian-masing masing.
Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri..
Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian mauk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.
Logika pendidikan yang digunakan yaitu: Kualitas pendidikan ditentukan oleh individu masing-masing kelulusan. Walaupun Si A lulusan dari SMA pinggiran yang tidak terkenal, kalau dia lulus tes masuk ke Universitas Harvard, maka diapun akan diterima di universitas tersebut.Jadi masalah kualitas ditentukan oleh individu (individual quality).
Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994)
Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.
3. Jerman
Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:
(1) menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi
pendidik;
(2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
(3) menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar;
(4) evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif.
Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya,
kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar.
Mereka setiap hari belajar selalu mendapat tugas dari semua mata pelajaran yang proses maupun hasilnya dinilai dan nilai-nilai ini memengaruhi nilai akhir semester dan seterusnya.
4. Kanada
Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di negara iti. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.
Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.
Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.
5. Australia
Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya.
SUMBER : http://unik-aneh.lintas.me/go/iblo.us/5-negara-maju-tanpa-ujian-nasional/
Wednesday, May 2, 2012
HARI PENDIDIKAN NASIONAL
Tanggal 2 Mei tahun ini, jatuh pada hari rabu. Pada tanggal
ini di Indonesia dikenal sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sejarahnya tanggal 2
Mei dijadikan sebagai hari pendidikan nasional, karena pada tanggal 2 Mei, Ki
Hajar Dewantara lahir, pada tahun 1899 silam. Beliau adalah
salah satu pelopor pendidikan bagi pribumi, di Indonesia.
Saat kita berbicara mengenai pendidikan, hal yang pertama
yang ingin saya kedepankan, siapa yang semestinya memberikan pendidikan pertama
kali bagi manusia?. Untuk menjawab pertanyaan itu, saya teringat sebuah tulisan di sebuah
makam di Westminster Abbey, Inggris.
When I was young and free,
And my imagination has no limits,
I dreamed of changing the world.
As I grew older and wiser,
I discovered the world would not
change.
So I shortened my sights somewhat,
And I decided to change only my
country,
But it too seemed immovable.
As I grew into my twilight years,
In one last desperate attempt,
I settled for changing only my
family,
Those closest to me, but alas,
They would have none of it.
And now as I lay on my deathbed,
I suddenly realize.
If I had only changed my self first,
Then by example I might have changed
my family,
From their inspiration and
encouragement,
I would then have been able to
better my country,
And who knows, I may have been
change the world.
Kurang lebih jika di artikan :
Ketika aku masih muda dan bebas
berkhayal
Aku bermimpi ingin mengubah dunia
Seiring dengan bertambahnya usia dan
kearifanku,
Kudapati bahwa dunia tidak kunjung
berubah
Maka cita-citaku itupun agak
kupersempit,
Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah
negeriku
Namun tampaknya
Hasrat itupun tiada hasilnya
Ketika usiaku makin senja
Dengan semangatku yang masih tersisa
Kuputuskan untuk mengubah keluargaku
Orang-orang yang paling dekat
denganku
Tapi celakanya
Merekapun tidak mau berubah !
Dan kini,
Sementara aku terbaring saat ajal
menjelang
Tiba-tiba kusadari
Andaikan yang pertama-tama kuubah
adalah diriku
maka dengan menjadikan diriku
sebagai panutan,
mungkin aku bisa mengubah keluargaku
lalu berkat inspirasi dan dorongan
mereka
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki
negeriku
kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa
merubah dunia .
Lantas, siapa yang semestinya memberikan pendidikan pertama
kali bagi manusia?.ORANG TUANYA. Dan sebelumnya jelas, orang tua itu harus belajar terlebih
dahulu, bagaimana ilmu dalam mendidik anak dan ilmu pengetahuan secara umum
untuk diajarkan kepada anak. Alasannya sederhana, senada dengan tulisan di
atas. Saat pembelajaran dimulai dari diri sendiri, seorang pribadi akan dapat
jadi pembawa perubahan bagi keluarga disekitarnya.
Namun ternyata, tidak semua
orang tua atau calon orang tua sadar akan hal ini, sehingga lalai dalam
mendidik anak atau lalai dalam menyiapkan diri diri untuk menjadi pendidik bagi
anaknya. MARI MULAI BERGERAK para orang tua, calon orang tua. Untuk menjadi pendidik terbaik bagi anaknya.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai perubahan kearah yang lebih baik. Untuk pendidikan di bangsa kita yang lebih berkualitas.
RMR
Subscribe to:
Posts (Atom)